بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ<== ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (١) خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مِنۡ عَلَقٍ (٢) ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ (٣) ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ (٤) عَلَّمَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ (٥) كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ (٦) أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ (٧) إِنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلرُّجۡعَىٰٓ (٨) أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِى يَنۡهَىٰ (٩) عَبۡدًا إِذَا صَلَّىٰٓ (١٠) أَرَءَيۡتَ إِن كَانَ عَلَى ٱلۡهُدَىٰٓ (١١) أَوۡ أَمَرَ بِٱلتَّقۡوَىٰٓ (١٢) أَرَءَيۡتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰٓ (١٣) أَلَمۡ يَعۡلَم بِأَنَّ ٱللَّهَ يَرَىٰ (١٤) كَلَّا لَٮِٕن لَّمۡ يَنتَهِ لَنَسۡفَعَۢا بِٱلنَّاصِيَةِ (١٥) نَاصِيَةٍ۬ كَـٰذِبَةٍ خَاطِئَةٍ۬ (١٦) فَلۡيَدۡعُ نَادِيَهُ ۥ (١٧) سَنَدۡعُ ٱلزَّبَانِيَةَ (١٨) كَلَّا لَا تُطِعۡهُ وَٱسۡجُدۡ وَٱقۡتَرِب ۩ (١٩)

Site Info

Peso UNWIKU
apa (Diisi Jenis Pekerjaan), di mana (Kota/Daerah)

Saturday, April 17, 2010

Berbagai macam Rizki dari Allah SWT

Di antara hal yang menyibukkan diri manusia adalah mencari rizki. Menurut para ulama sufi, bahwa rizki Allah itu dibedakan menjadi empat macam, yaitu: pertama, rizki yang dijamin. Kedua rizki yang dibagikan. Ketiga, rizki yang dimiliki. Keempat, rizki yang dijanjikan.

Rizki yang dijamin oleh Allah ialah rizki yang berupa kenikmatan-kenikmatan yang dirasakan oleh tubuh. Dapat merasakan lezatnya makanan, minuman, memiliki kesehatan, bisa tidur dengan nyenyak dan sebagainya merupakan rizki yang dijamin oleh Allah.

Dengan kenikmatan tersebut seseorang dapat melaksanakan ibadah, seperti shalat, puasa Ramadhan dengan sempurna. Andaikan saja tubuh kita tidak sehat, tentunya tidak akan sempurna dalam melaksanakan ibadah-ibadah tersebut.

Tentang jaminan rizki ini, antara orang yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama, namun bukan berarti dalam hal ini Allah tidak adil kepada hamba-Nya. Justru karena Allah mengetahui kebutuhan hamba-Nya maka antara individu berbeda rizki yang didapatkan. Allah SwT berfirman: “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki.” (Qs. Ar-Ruum [30]: 40).

Ada orang yang memiliki kekayaan sangat melimpah. Adapula yang memilki kekayaan sedang-sedang saja, cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ini semua tidak lain karena Allah SwT sangat mengetahui kebutuhan hamba-Nya.

Rizki yang dijamin oleh Allah SwT ini juga bukan hanya untuk manusia saja, tetapi seluruh makhluk-Nya yang hidup di dunia, termasuk hewan, tumbuh-tumbuhan. Meskipun rizki tersebut sudah dijamin oleh Allah SwT, namun untuk mendapatkan tidak bisa hanya dengan berdiam diri saja tanpa usaha nyata untuk meraih rizki tersebut. Ikhtiar untuk mendapatkannya adalah keniscayaan yang tidak dapat dikesampingkan. Jangan sampai kita salah dalam memahaminya. Allah SwT berfirman: “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (Qs. Al-Hijr [15]: 21).

Ada sebuah cerita dari negeri Jepang dimana rumah-rumah di sana banyak yang menggunakan pintu geser sebagai pembatas antar ruangan. Suatu hari ada seseorang yang berusaha menggeser salah satu pintu rumahnya yang sudah lama tidak dibuka. Ternyata pintu itu sudah sulit untuk digeser. Begitu bisa tergeser, matanya tertumbuk pada sepucuk surat yang terselip di sela-sela pintu tersebut yang menjadi penyebab betapa sulitnya pintu itu untuk digeser.

Nah ternyata surat tersebuit adalah surat yang ditulis beberapa tahun silam. Yang anehnya, dalam lipatan surat tersebut juga terdapat seekor cicak yang menggelepar masih bernafas, padahal cecak tersebut ikut terjepit dalam liputan surat tersebut. Pertanyaan yang muncul adalah, padahal si cicak tidak bisa kemana-mana, bagaimana cicak ini dapat bertahan hidup begitu lama?

Ternyata setelah diselidiki, ada seekor cicak lain yang setiap harinya selalu memberikannya makan. Subhanallah! Ini membuktikan bahwa terhadap seekor cicak saja Allah telah menjaminkan rizkinya meskipun dalam keadaan kondisi yang tidak mungkin.

Meskipun Allah SwT telah memberikan jaminan akan rizki hamba-Nya, Allah hanya akan memberikan kehidupan yang berkah terhadapa hamba-Nya yang senantiasa mengerjakan amal shaleh dalam keadaan beriman kepada-Nya.

Karena itulah manusia harus tetap menjaga shalatnya dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya dalam menjemput rizki di muka bumi ini dan selalu berusaha untuk menggapai rezeki tersebut. Allah SwT berfirman: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Qs. Al-jumu’ah [62]: 10). Wallaahu a’lam.



Macam-macam rizki yang kedua adalah rizki yang dibagikan. Rizki yang dibagikan ini adalah rizki yang sudah dicatat dalam Lauhul Mahudz. Setiap manusia yang hidup di dunia, sudah memiliki jatah atau bagian rizki masing-masing di sana.

Yaitu, apa-apa yang dimakan, diminum, dan dipakai selain yang telah dijamin, masing-masing telah dijamin, sudah ada ukurannya tidak akan melewati ukuran itu serta tidak akan melanggar waktu yang telah ditentukan dan juga tidak akan bertambah ataupun berkurang. Tidak akan terlambat dan tidak akan datang sebelum waktunya dari yang sudah dipastikan oleh Allah SwT.

Rizki yang dibagikan ini adalah sesuatu yang sudah dinikmati. Jadi belum tentu sekarang kita mendapatkan uang banyak, lalu menganggap uang itu rizki untuk kita. Siapa tahu, setelah mendapat uang, di tengah jalan kita ditodong penjahat, atau hilang karena kita tidak teliti dalam meletakkannya. Uang lepas dari tangan kita. Berarti uang tersebut bukan rizki kita. Kita pun terkadang berujar jika kita kehilangan uang atau barang karena kita tidak teliti dalam melatakkannya. Kita katakan, “ya sudah berarti itu belum menjadi rizki kita.”

Atau uang tersebut sudah dapat kita bawa pulang lalu kita tabung. Tiba-tiba ada saudara atau anak yang masuk rumah sakit. Berarti bukan sepenuhnya rizki kita. Rizki tersebut sebenarnya milik orang lain, hanya saja lewat kita terlebih dahulu. Atau mungkin bagiannya masjid, karena ada pembangunan masjid, kita sumabngkan sebagian rizki yang kita peroleh. Bisa juga bagiannya madrasah, fakir-miskin atau anak yatim. Maka perlu direnungkan bahwa harta yang kita peroleh bukan berarti jatah kita sepenuhnya.

Tentang rizki yang hakiki adalah rizki yang kita nikmati. Ini sudah ditentukan sebelum manusia lahir. Rasulullah Saw bersabda: “Rizki selebihnya dari yang sudah ditentukan, sudah selesai dibagikan sebelum manusia dilahirkan.” Wallaahu a’lam.

(Zarkasih, pkesinteraktif.com, dari berbagai sumber)

0 comments:

Post a Comment

Recent Comment Recent Posting
 
Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net Blog Directory Geo Visitors Map
IQRO ONLINE Copyright © 2010 by Mustain Alibasya | Profile | RSS | Counter Powered by  RedCounter | | | | | |