Site Info
Tuesday, May 11, 2010
Diantara Cinta dan Bencana
Author: CahNdeso
| Posted at: 4:00 AM |
Filed Under:
Dakwah Islam
|
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany
Pengajian Syeikh Abdul Qadir al-Jilany, hari Selasa sore 8 Sya’ban tahun 545 H di Madrasahnya.
Rasulullah saw, bersabda:
“Siapa yang tampil elok di hadapan manusia karena agar dapat dukungan kesenangan mereka, dan melawan Allah melalui pelanggaran yang dibenciNya, maka ia bertemu Allah Azza wa-Jalla dalam kondisi Allah murka padanya.”
Wahai dengarkan kalam Kenabian ini, hai orang-orang munafiq! Hai orang yang menjual akhirat dengan dunianya. Wahai yang menjual Allah Azza wa-Jalla dengan kepentingan makhluk! Wahai penjual hal-hal yang abadi dengan hal-hal yang fana’, pasti bangkrutlah daganganmu dan habislah modalmu.
Celaka kalian ini. Kalian menampilkan diri untuk suatu murka Allah Azza wa-Jalla, karena siapa pun yang berias untuk manusia yang bukan tempatnya, Allah Azza wa-Jalla bakal memurkainya. Riasilah fisik anda dengan adab syari’ah, dan riasilah batin anda dengan mengeluarkan makhluk dari dalam batin anda. Tutuplah pintu-pintu mereka, kefanaan mereka dari hatimu sampai seakan-akan mereka tidak pernah diciptakan sama sekali, hingga anda tak pernah memandang adanya ancaman dan manfaat dari mereka. Anda telah menghiasi lahiriah anda, dan meninggalkan hiasan hati anda.
Padahal hiasan hati itu dengan tauhid, ikhlas, berpegang teguh percaya pada Allah Azza wa-Jalla, berdzikir kepadaNya dan melupakan selainNya.
Nabi Isa as, bersabda, “Amal saleh itu adalah amal yang tidak membebaninya.”
Wahai orang gila, akalmu tidak nyambung dengan urusan akhirat dan dunia, karena itu tidak ada gunanya bagimu. Berjuanglah untuk meraih iman, maka anda pasti mendapatkannya. Bertobatlah, dan evaluasilah kesalahanmu, menyesallah dan, dan alirkan airmatamu yang membelah pipimu. Karena menangis oleh rasa takut kepada Allah swt itu bisa meredupkan neraka maksiat, mematikan api amarah Allah Azza wa-Jalla. Bila hatimu taubat, maka cahaya taubat yang benar akan mencerahi wajahmu.
Anak-anak sekalian… Tekunlah dalam menjaga rahasia batinmu semaksimal mungkin, kecuali anda tidak mampu, maka anda termaafkan. Cinta itu bisa merobohkan dinding dan tirai, tirai rasa malu, keadaan, dan pandangan makhluk. Orang yang tak berdaya ia diperintahkan untuk mengeluarkannya, dan orang yang mukallaf (mendapatkan tugas kewajiban) tetapi ia terkalahkan oleh ketakberdayaannya, berarti ia telah menggunakan celak mata dengan debu di kakinya. Sebab ada hal-hal yang mesti dipilah, mana yang sifatnya nafsu, mana yang sifatnya qalbu, dan mana yang kepentingan makhluk, dan mana yang sifatnya Rabbani.
Berjuanglah agar dirimu bukan dirimu, tetapi agar segalanya Dia. Berjuanglah agar anda tidak bergerak dalam menolak bencana dari dirimu dan tidak menarik manfaat kepadamu. Sebab jika anda mampu demikian, malah Allah Azza wa-Jallan menempatkan makhluk yang membantumu dan menyelamatkan dirimu dari bahaya itu. Jadilah dirimu di hadapan Allah Azza wa-Jalla seperti mayat yang ada di tangan orang yang memandikannya, seperti ahli gua Kahfi di tangan Jibril as.
Jadilah dirimu bersama Allah Azza wa-Jalla tanpa wujud dan tanpa ikhtiar serta ta secara total tanpa mengaturNya. Kokohkan pijakan imanmu dan jiwamu di hadapanNya, ketika takdirNya yang berat turun kepadamu.
Sebab, iman itu bisa diukur dengan kekokohannya menghadapi takdirNya, sedangkan kemunafikan selalu lari dari ketentuan takdirNya. Orang munafiq ketika malam tiba dan siang berlalu senantiasa lari menuju rumahnya mencari jalan aman, menggemukkan kenikmatan hawa nafsunya dan nalurinya, sementara kedua mata hatinya dan rahasia batinnya buta.
Pintu rumahnya kelihatan ramai, sedangkan isi rumahnya sudah roboh. Dzikir hanya sebatas lisan, hatinya kosong. Marahnya hanya untuk dirinya bukan demi Tuhannya Azza wa-Jalla. Sedangkan orang beriman kebalikannya. Dzikirnya hanya bagi Allah Aza wa-Jalla, baik lisan maupun hatinya, bahkan dalam banyak waktu qalbunya berdzikir, lisannya diam. Marahnya, benar-benar matrah karena Allah Azza wa-Jalla, bukan demi kepentingan nafsunya, hawa nafsu dan nalurinya, serta bukan demi dunia. Ia tidak dengki dan tidak kontra karena iri kepada yang meraih materi bagiannya.
Anak-anak sekalian… Jangan sampai anda dengki kepada hal-hal yang bukan bagianmu, karena Allahlah yang memberi dan mengambil, sedangkan anda malah hancur, hina dan terhinakan. Apakah bagian dari Allah itu bisa berkurang katrena iri dengkimu? Padahal ilmunya Allah pada takdir orang itu sudah lebih dahulu ada? Jika engkau menentang Tuhanmu Azza wa-Jalla atas takdirNya yang sudah ditentukan padamu dan orang lain, anda telah gugur di hadapanNya dan ilmu anda tidak berguna, sebagaimana firmanNya : “ Dan bekerja lagi kepayahan…” (Al-Ghosiyah: 3)
Taubatlah sekarang kepada Allah Azza wa-Jalla. Orang yang yang terlindungi, pasti hatinya cerdas. Janganlah berhenti kembali kepada Allah gara-gara turunnya bencana kepadamu. Tunggulah jalan keluar yang diberikan kepadamu dariNya. Jangan sampai anda putus asa, karena setiap saat ada jalan keluar. “Setiap hari Dia dalam urusanNya” (Ar-Rahmaan: 29), dari satu bangsa ke bangsa lain, maka sabarlah bersamaNya dan relalah dengan takdirNya.
“Engkau tidak tahu, barangkali setelah itu Allah memberikan anugerah baru.” (At-Thalaaq: 1)
Jika engkau sabar Allah Azza wa-Jalla meringankan ujian darimu, dan memberikan anugerah perkara baru yang dicintaiNya dan engkau mencintainya. Namun jika anda menentang dan kontra, akan bertambah berat beban deritamu, bertambah gara-gara kontramu kepadaNya, sebab gara-gara kontramu itulah anda malah berteguh dengan dirimu dan hawa nafsumu, serta motivasi duniawimu dan ambisi-ambisimu.
Wahai kaum Sufi… Jika saja memang harus begitu, bolehlah nafsumu di pintu dunia, sedangkan hatimu harus tetap di pintu akhirat, sedangkan rahasia hatimu (sirr) ada di pintu Tuhan, sampai nafsumu berbalik pada hatimu, dan merasakannya, sedangkan hatimu berbalik pada sirrmu, hingga merasakan nya pula, serta sirrmu berbalik menjadi fana’ di dalamnya yang tidak merasakan apa-apa, kemudian ia dihidupkan hanya bagiNya bukan selainNya. Maka saat itulah rasanya satu dirham beribu kali lipat menjadi emas, karena kembali dalam keabadian primordial yang hakiki.
Sungguh berbahagialah orang yang mengenal apa yang saya katakana ini dan percaya. Berbahagialah orang yang mengamalkannya dan ikhlas dalam beramal. Dan berbahagialah orang yang meraih amalnya itu lalu mendekatkannya kepada Allah Ta’ala.
Wahai anak-anak sekalian… Bila anda mati, anda baru memandang dan mengenalku dari kanan dan kirimu, betapa aku membawa bebanmu dan membelamu dan memohonkan dirimu. Tetapi sampai kapan anda , menuhankan makhluk dan menyerahkan diri pada mereka? Anda harus mengenal, bahwa tak seorang pun sebenarnya bisa memberi manfaat dan bahaya kepadamu, apakah mereka miskin, kaya, mulia maupun hinanya mereka.
Hendaknya anda tetap teguh pada Allah Azza wa-Jalla. Jangan berserah diri pada makhluk, bergantung diri pada pekerjaanmu, upaya dan kekuatanmu. Berserah dirilah pada anugerah Allah Azza wa-Jalla dan tawakallah kepada yang memberi ketentuan pekerjaanmu dan rizkimu.
Bila anda telah melakukannya maka Allah Azza wa-Jalla memberlakukan dirimu bersamaNya, dan menampakkan keajaiban kekuasaan dan takdirNya, dan mewushulkan hatimu kepadaNya, lalu Dia mengingatkanmu setelah wushul itu, hari-hari yang berlalu sebagaimana ahli syurga dalam syurganya, mengingat hari-hari dunia.
Bila anda kontra dengan formalitas akibat, maka anda akan bertemu Sang Penyebab. Jika anda kontra dengan naluri kebiasaan, maka kebiasaan anda akan tunduk kepadamu. Siapa yang berbakti kepadaNya, segalanya akan berbakti padanya. Siapa yang taat kepadaNya, ia akan dipatuhi. Siapa yang memuliakanNya, ia dimuliakan. Siapa yang dekat padaNya, segalanya didekatkan. Siapa yang taqadhu, ia akan naik. Siapa yang menghormatiNya, ia dihormati. Siapa yang bagus adabnya akan dekat kepadaNya. Kebagusan adab mendekatkan padamu kepadaNya, sedangkan adab buruk menjauhkan dirimu dariNya. Kebagusan adab adalah taat pada Allah sedangkan su’ul adab adalah maksiat kepadaNya.
Jangan sampai dirimu menunda untuk melihat dirimu dan muhasabah (evaluasi) pada diri
sendiri, segeralah muhasabah di dunia sebelum anda sampai ke akhirat.
Nabi saw, bersabda: “Sesungguhnya Allah - Azza wa-Jalla – malu menghitung amal hamba-hambaNya yang wara’ di dunia.” (Hr. Al-‘Ajluni)
Makanya, kalian harus menjalankan kewara’an, bila tidak, maka kehinaan akan membelenggumu. Wara’lah dalam kerjamu di dunia, jika tidak, akan kesenangan syahwatmu akan menjungkirbalikkan dirimu di dunia dan di akhirat. Dinar itu negeri neraka, dan dirham itu negeri problema, apalagi jika didapatkan melalui cara-cara yang haram. Besok di akhirat semua akan nyata apa yang saya katakana padamu. Hari ini, anda masih buta dan tuli. Nabi saw, bersabda: “Cintamu pada sesuatu akan membuatakanmu.” (Hr. Abu Dawud)
Lepaskan hatimu dari dunia, laparkan dan buanglah, sampai Allah swt, memakaikan baju dariNya, memberikan makan dan minum pada hatimu. Selamatkan lahir dan batinmu menuju pada
Nya, jangan mengaturNya. Bahkan seharusnya anda, adalah Dia bukan anda.
Jadilah dirimu, karena dunia memang negeri amal, sedangkan akhirat adalah negeri balasan, negeri anugerah dan pemberian. Itulah umumnya yang ada di hati orang-orang saleh.
Yang langka justru kalangan yang keluar dari serba duniawi, karena harapannya dan cintanya hanya kepada Allah Ta’ala, dan ia ingin bebas sebelum datangnya akhirat. Ia trekun dengan menjalankan kewajiban fardhu, dan disantaikan oleh ibadah-ibadah sunnah. Karena fardhu tidak bisa gugur oleh berbagai situasi dan posisi. Karena fardhu adalah milik individu-individu dari para hamba Allah Ta’ala, dan sungguh langka yang melakukan seperti itu.
Anak-anak sekalian… Zuhudlah dan berpalinglah dari kecintaan dunia, anda bisa ringan bebanmu. Bila anda dapatkan bagian dari dunia, pasti akan diberikan padamu, dan bagian dating dalam kondisi anda mulia dan bertanggungjawab.
Anda jangan makan dengan nafsu dan hawa nafsumu, karena bisa menjadi hijab bagi hatimu dari Tuhanmu Azza wa-Jalla. Orang yang beriman tidak makan untuk nafsunya dan dengan nafsunya, tidak berbaur dengan hawa nafsunya, tetapi berkonsumsi demi kekuatan untuk taat kepada Allah Azza wa-Jalla. Ia makan menurut keputuhan langkah lahiriyahnya ke hadapan Allah Azza wa-Jalla. Ia makan karena kepentingan syar’y, bukan hawa nafsunya.
Sedangkan seorang wali, makan karena diperintah makan oleh Allah Azza wa-Jalla, sedangkan wali badal, sebagai menterinya Quthub makan karena digerakkan Allah Azza wa-Jalla. Adapun sang Quthub, makan dan bekerja, sebagaimana makannya Nabi saw, dan kinerjanya Nabi saw.
Bagaimana tidak demikian? Karena ia adalah pelayan, pengganti dan khalifahnya Nabi saw bagi ummatnya? Sang Quthub adalah khalifar Rasulullah saw, sekaligus juga khalifahnya Allah Azza wa-Jalla. Dialah khalifah batin, sedangkan para pemimpin muslim terdahulu adalah khalifah dzahir, dimana seseorang tidak boleh meninggalkan kepatuhan perintahnya.
Dikatakan, pemimpin muslim yang benar-benar adil, adalah quthub zamannya. Jangan meremehkan , karena ia menjaga kemanan dzohirmu. Sedangkan Quthub hakiki adalah yang menjaga perilaku batinmu.
Tak seorang pun diantara kalian, kecuali esok di hari kiamat akan disertai malaikat yang diberi tugas di dunia mencatat kebaikan dan keburukan amal seseorang, dan masing-masing membawa 99 catatan, dan masing-masing catatan itu panjangnya sejauh mata memandang yang di dalamnya ada catatan kebaikan dan keburukan, dan segala hal yang muncul dari tindakannya itu.
Seseorang diharuskan membaca semuanya, lalu mereka membacanya, walau di dunia tidak bagus amalnya, dan tidak terbaca, maka tetap tercatat, karena dunia adalah negeri hikmah dan akhirat adalah negeri qudrot.
Dunia butuh perangkat sebab akibat, dan akhirat tidak butuh itu semua. Manakala seseorang mengingkarinya, anggota badannya bicara. Ia berkata sesuai dengan tindak tanduknya di dunia secara total. Kalian benar-benar diciptakan untuk perkara yang besar dan anda tidak punya kabar baik. Allah Azza wa-Jalla berfirman: “Apakah kalian menyangka, bahwa sesungguhnya Kami ciptakan kalian sia-sia, lalu kalian tidak maqu kembali kepada Kami?” (Al-Mu’minun, 115).
Sumber : sufinews.com
Posting Terkait : Dakwah Islam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Recent Comment
Recent Posting
0 comments:
Post a Comment