Site Info
Friday, April 30, 2010
Hamzah bin Abdul Muthalib (Singa Allah dan panglima syuhada)
Author: CahNdeso
| Posted at: 7:12 PM |
Filed Under:
Sahabat Rasulullah
|
Beliau adalah seorang tokoh, pahlawan, singa Alloh, Abu Umarah, Abu Ya’la Al Quraisy, Al Hasyimi, Al Makki, kemudian Al Madani, Al Badri, dan Asy Syahid. Beliau adalah paman Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan saudara sepersusuan Nabi. Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Hamzah masuk Islam, orang-orang Quraisy tahu bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam telah terlindungi dan Hamzah akan melindunginya. Oleh karena itu, mereka menghentikan penyiksaan kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam.”
Abu Ishaq berkata, “Diriwayatkan dari Haritsah bin Mudharib, dari Ali, ia mengatakan bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda kepadaku, “Panggilah Hamzah!” Aku menjawab, “Siapa itu, penunggang unta merah?” Hamzah berkata, “Dia adalah Utbah bin Rabi’ah.” Pada saat itu Hamzah bertarung dengan Utbah lalu ia berhasil membunuhnya.”
Ibnu Umar berkata, “Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam mendengar wanita-wanita Anshar menangisi suami mereka yang meninggal, maka beliau bersabda, “Tetapi kenapa tidak ada yang menangisi Hamzah?” Tiba-tiba wanita-wanita itu datang dan menangisi Hamzah hingga beliau bersabda, “Suruhlah mereka agar tidak menangisi lagi orang yang mati setelah ini.”
Diriwayatkan dari Jabir secara marfu’, dia berkata, “Hamzah adalah pemimpin para syuhada, sosok yang berani menghadapi pemimpin yang zhalim, yakni dengan memerintah pemimpin itu, melarangnya hingga ia dibunuh."
Kisah terbunuhnya Hamzah dalam Perang Uhud.
Diriwayatkan dari Ja’far bin Amru bin Umayyah Adh Dhamri, dia berkata, “Aku dan Ubaidullah bin Adi bin Al Khiyar pernah keluar untuk berperang pada zaman Mu’awiyah. Lalu kami melewati Himsh. Tiba-tiba ada Wahsyi disitu. Ibnu Adi lalu berkata, “Akankah kita bertanya kepada Wahsyi tentang cara dia membunuh Hamzah?” Setelah itu kami keluar menemuinya dan bertanya tentang hal itu. Dia kemudian berkata kepada kami, “Kalian berdua akan mendapatkan jawabannya di depan halamannya, di atas tikarnya. Dulu dia seorang pemabuk walaupun sekarang kalian mendapatinya dalam keadaan sehat. Kalian juga akan bertemu dengan seorang pria Arab.”
Kami kemudian mendatanginya, dan ternyata dia orang tua berkulit hitam seperti burung gagak, berada di atas tikarnya. Dia berteriak. Lalu kami mengucapkan salam kepadanya. Dia mengangkat kepalanya kepada Ubaidullah bin Adi lalu berkata, “Demi Alloh, kamu adalah anak Adi, apakah kamu anak Al Khiyar?” Dia menjawab, “Ya.” Setelah itu dia berkata, “Demi Alloh, aku tidak pernah melihatmu sejak aku mencela ibumu, As Sa’diyah, yang menyusuimu di Dzu Thuwa. Ketika itu dia berada di atas untanya, lalu tampaklah kedua kakimu.” Kami berkata, “Kami sebenarnya datang menemuimu agar kamu menceritakan kepada kami cara membunuh Hamzah.” Dia berkata, “Aku akan bercerita kepada kalian tentang apa yang pernah aku ceritakan kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam. Ketika itu aku menjadi budak Jabir bin Muth’im. Pamannya yang bernama Thu’aimah bin Adi terbunuh pada waktu perang Badar. Lalu dia berkata kepadaku, “Jika kamu bisa membunuh Hamzah maka kamu merdeka.”
Aku mempunyai sebuah tombak yang biasanya digunakan untuk melempar dan jarang sekali tidak mengenai sasaran. Aku lantas keluar bersama anggota pasukan lainnya. Ketika mereka sudah bertemu di medan perang, aku mengambil tobkan dan keluar untuk mencari Hamzah hingga akhirnya aku menemukannya sedang berada di tengah kerumunan pasukan layaknya unta auraq (berwarna antara debu dan hitam), menghantam musuh dengan pedangnya yang tajam hingga merenggut nyawa. Demi Alloh, saat itu aku telah bersiap-siap membidiknya. Tiba-tiba Siba’ bin Abu Uza Al Khuzai mendahuluiku. Ketika dia dilihat oleh Hamzah, dia berkata, “Datanglah kepadaku wahai anak pemotong kemaluan wanita.” Kemudian dia dibunuh oleh Hamzah. Demi Alloh, dia tidak meleset sedikitpun. Aku sama sekali belum pernah melihat sesuatu yang lebih cepat jatuhnya daripada kepala Siba’.
Aku kemudian berusaha membidikkan tombakku, hingga aku anggap sudah tepat, maka aku melepskannya hingga akhirnya mengenai bagian bawah perutnya dan tembus sampai kedua kakinya. Hamzah pun jatuh dan menggelepar. Aku lantas membiarkan tombak itu tetap menancap, hingga ketika dia telah meninggal, aku mendekatinya dan aku mengambil kembali tombakku. Setelah itu aku kembali ke kamp lalu duduk di dalamnya, dan saat itu aku tidak lagi mempunyai kepentingan lain.
Ketika Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam menaklukkan kota Makkah, aku lari ke Tha’if. Ketika utusan Tha’if keluar untuk masuk Islam, seakan-akan bumi menjadi sempit bagiku. Aku berkata, “Larilah ke Syam atau Yaman atau negeri yang lain.” Demi Alloh, pada waktu itu aku kebingungan. Tiba-tiba seorang pria berkata, “Demi Alloh, Muhammad tidak memerangi orang yang masuk ke dalam agamanya. Aku pun pergi hingga Madinah untuk menghadap Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam. Beliau lantas bersabda, “Kamu Wahsyi?” Aku menjawab, “Benar.” Beliau bersabda, “Duduklah! Ceritakan kepadaku caramu membunuh Hamzah?” Aku lalu menceritakan peristiwa tersebut, seperti yang aku ceritakan kepada kalian berdua. Mendengar itu, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Jangan perlihatkan wajahmu di hadapanku, aku tidak ingin melihat wajahmu.” Sejak itu aku menjauhi Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam sebisa mungkin hingga beliau meninggal dunia.
Ketika orang-orang Islam keluar memerangi Musailamah, aku ikut berperang bersama mereka dengan membawa tombak yang pernah digunakan untuk membunuh Hamzah. Ketika kedua kubu sudah bertemu, aku melihat Musailamah yang sedang menenteng pedang di tangan. Demi Alloh, aku tidak mengenalnya. Tiba-tiba ada seorang sahabat Anshar mendatanginya dari arah lain. Masing-masing kami bersiap untuk menyerangnya, hingga ketika sudah merasa tepat membidiknya, aku langsung melemparkan tombak tersebut hingga mengenainya. Pria Anshar itu kemudian menimpalinya dengan hujaman pedang. Tuhan kamu lebih tahu siapa diantara kami yang membunuhnya. Jika aku yang membunuhnya, berarti aku telah membunuh orang yang paling baik setelah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam dan aku telah membunuh manusia yang paling buruk.”
Diriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Ketika perang Uhud, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam berdiri di atas Hamzah dan meratapinya sambil berkata, “Jika bukan karena Shafiyyah merasa kasihan kepadanya, aku sudah membiarkan jasadnya hingga Alloh akan mengumpulkannya dari dalam perut binatang buas dan burung.” Jasadnya kemudian dikafani dengan selimut yang jika digunakan untuk menutupi bagian kepalanya maka kakinya akan terlihat dan jika bagian kakinya yang ditutup maka kepalanya yang terlihat. Dia tidak pernah membaca shalawat atas salah seorang syuhada. Beliau lantas berkata, “Aku adalah saksi bagi kalian.” Jasad ketiga pahlawan tersebut kemudian dikubur bersama-sama dalam satu liang lahat. Setelah itu mereka dikafani dengan satu kain kafan.”
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dia berkata, “Hamzah berperang pada waktu Perang Uhud di depan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Salam dengan dua pedang sambil berkata, “Aku adalah Singa Alloh.””
Sumber : http://aditya06.wordpress.com
Posting Terkait : Sahabat Rasulullah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Recent Comment
Recent Posting
0 comments:
Post a Comment