Site Info
Saturday, May 8, 2010
Kapan nafsu anda puas? (Bag I)
Author: CahNdeso
| Posted at: 2:39 AM |
Filed Under:
Dakwah Islam
|
Pengajian Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany
Hari Jum’at tanggal 11 Sya’ban tahun 545 H. di Madrasahnya
Berserasilah dengan Allah Azza wa-Jalla dalam soal makhluk, dan jangan berserasi dengan makhluk dalam urusan Allah Azza wa-Jalla. Hancurlah yang hancur dan kembalilah yang kembali. Dikisahkan oleh Abdullah bin al-Mubarak ra, bahwa suatu hari ada seseorang datang kepadanya meminta sesuap makanan, dan di rumahnya kebetulan tinggal ada sepuluh biji telur. Lalu ia menyuruh pelayan perempuan untuk memberikan sepuluh telur itu, lalu pelayan itu memberinya sembilan telur disisakan satu.
Ketika maghrib tiba, tiba-tiba ada lelaki datang mengetuk pintunya, lalu orang itu berkata, “Ambillah keranjang ini”. Lantas Abdullah ra mengeluarkan apa yang ada di keranjang itu, ternyata isinya telur. Kemudian ia menghitungnya, ternyata jumlahnya sembilan telur. Ia bertanya pada pelayan perempuannya, “Mana telur yang lain? Berapa jumlah telur yang kamu berikan tadi?”.
“Sembilan, saya sisakan satu, agar kita bisa berbuka dengan satu telur itu “jawab pelayan itu.
“Utang yang harus kita bayar itu sepuluh…” kata Abdullah.
Itulah kehidupan dan amaliyahnya pada Tuhannya Azza wa-Jalla. Mereka beriman dan membenarkan apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka tak pernah kontra dengan sumber utama itu dalam gerak-gerik kehidupannya, keluar maupun masuknya harta semata untuk amal kepada Allah Azza wa-Jalla, karena mereka sangat beruntung dan amaliahnya dan sangat disiplin. Mereka melihat pintuNya terbuka, dan melihat makhlukNya tertutup, mereka menghindari pintu itu. Mereka berserasi dengan Allah azza
wa-Jalla untuk makhlukNya, namun tidak berserasi kepada makhluk untuk menuju Allah Azza wa-Jalla. Mereka juga berselaras dengan Allah Azza wa-Jalla dalam hal amarahNya bagi orang yang mendapatkan amarah, dan berserasi dalam CintaNya bagi orang yang dicintaiNya.
Karena itu diantara mereka berkata, “Berserasilah dengan Allah Azza wa-Jalla dalam soal makhluk, dan jangan berserasi dengan makhluk dalam urusan Allah Azza wa-Jalla. Hancurlah yang hancur dan kembalilah yang kembali. Kaum sufi senantiasa
di sisi Allah Azza wa-Jalla, memohon pertolongan padaNya untuk diri mereka dan yang lain. Mereka tidak mempan dengan cacian si pencaci, dan tidak takut pada siapa pun dalam menegakkan aturan dan syariatNya.”
Anak-anak sekalian, tinggalkan stressmu, dimana anda tenggelam di dalamnya. Dan ikutilah jejak kaum sufi dalam ucapan maupun tindakan. Jangan sampai anda mencari wushul sebagaimana ungkapannya para pendusta yang mengaku-aku telah sampai (wushul) kepada Allah Azza wa-Jalla. Bersabarlah dengan cobaan sebagaimana mereka bersabar, hingga anda meraih wushul sebagaimana mereka raih.
Kalau bukan karena cobaan, niscaya manusia menjadi hamba yang zuhud semua, tetapi datanglah cobaan pada mereka, namun mereka tidak sabar menghadapinya, sehingga mereka terhijab dari pintu Tuhannya Azza wa-Jalla.
Siapa yang tidak sabar, ia tidak meraih anugerah. Bila ridho dan sabar hilang darimu, akan menjadi faktor penyebab yang membuat dirimu keluar dari ubudiyahmu kepada Allah Azza wa-Jalla, sebagaimana firmanNya dalam hadits Qudsi: “
Siapa yang tidak rela pada ketentuanKu, dan tidak sabar pada ujianKu, maka hendaknya ia mencari Tuhan selain Aku.” (Hr. Ibnu Asakir)
Terimalah dariNya, bukan dari yang lainNya. Sang Penentu itu ada bagimu dan memberikan ujianmu. Wujudkan Islam kalian secara hakiki hingga meraih iman.
Dan berimanlah secara hakiki hingga kalian meraih Iqon (rasa yaqin), maka saat itulah kalian melihat apa yang belum pernah kalian lihat dari sisi raya yaqin.
Segalanya tampak bagimu seperti rupa yang sesungguhnya, dan informasi menjadi jelas, karena benar-benar qalbu berserah diri pada Al-Haq Azza wa-Jalla, karena segalanya menampakkan diri dariNya.
Apabila qalbu mandiri di hadapan Allah Azza wa-Jalla, anda keluar menuju kepadaNya dengan tangan kemuliaan, sehingga anda menjadi mulia karenaNya.
Maka jadilah diri anda sangat dermawan, memprioritaskan yang lain dibanding diri anda, dan sedikit pun anda bukan orang bakhil.
Qalbu yang benar adalah qalbu yang bagus dan mulia hanya bagi Allah Azza wa-Jalla. Sedangkan batinnya telah bersih dari kotoran adalah mulia, dan bagaimana keduanya tidak pernah terwujud padahal Allah Yang Maha Mulialah yang menganugerahkan padanya?
Wahai kaum Sufi, hendaklah anda ini dermawan dan lebih mementingkan orang lain demi taat kepada Allah azza wa-Jalla. Bukan untuk maksiat. Karena setiap harta yang didistribusikan untuk maksiat, sama saja membiarkan terhapus ibadahnya.
Disiplinlah dalam bekerja disertai disiplin taat hingga anda merasakan kedekatan dari Allah Azza wa-Jalla, hingga seluruh problemamu kau hadapkan padaNya, besertanya, bukan beserta lainnya.
Posting Terkait : Dakwah Islam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Recent Comment
Recent Posting
0 comments:
Post a Comment